DREAMERS.ID - Banyak sekali permasalahan yang terjadi sepanjang tahun 2020 ini, khususnya pukulan keras bagi kesehatan dunia karena pandemi virus corona yang menimpa hampir seluruh negara di dunia. Tapi bukan hanya corona saja.
Masih ada deretan masalah kesehatan lain seperti masalah dari mikroorganisme lain yang mengancam kesehatan manusia. Melansir laman CNN Indonesia, berikut berbagai masalah kesehatan yang terjadi selama tahun 2020.
1. Virus Corona
Virus Corona ditemukan pertama kali di Wuhan, China, pada Desember 2019. Virus yang menyerang sistem pernapasan ini dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru Bumi, tak terkecuali Indonesia. Virus ini bisa menyerang siapa saja termasuk anak-anak, kelompok lansia, dan ibu hamil.
Virus ini menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus menular melalui tetesan pernapasan (droplet) saat berbicara, batuk, atau bersin. Virus juga ditemukan bersifat aerosol atau melayang di udara, utamanya di ruangan ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik.
2. Terhambatnya Imunisasi Anak
Imunisasi campak tercatat dihentikan di 27 negara. Sementara 38 negara lainnya telah menghentikan imunisasi polio. Ketakutan masyarakat akan virus corona untuk mendatangi fasilitas layanan kesehatan menjadi salah satu masalah utama yang membuat program imunisasi terhenti.
Berdasarkan catatan Kemenkes, cakupan imunisasi di Indonesia pada Januari dan Februari terbilang tinggi. Namun, angka menurun drastis pada April, satu bulan setelah kasus pertama Covid-19 ditemukan di Indonesia pada awal Maret.
3. Ancaman Masalah Kesehatan Mental
Ketakutan terhadap virus corona yang terus bertahan dalam pikiran lambat laun menjadi bentuk kecemasan. Jika tak ditangani, kecemasan bisa berujung pada gangguan mental yang lebih serius.
Faktanya, pandemi Covid-19 memang memicu persoalan kesehatan mental. Orang dewasa cenderung mengalami kecemasan dan kesedihan akibat situasi serba tak pasti yang dihadapi. Isolasi dan berbagai pembatasan juga turut berkontribusi terhadap kesehatan mental.
4. Gaya Hidup Sedentary, Obesitas, dan Diabetes
Sejak pandemi melanda, pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Akibatnya, banyak orang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Gerakan tubuh pun menjadi lebih sedikit dari biasanya sehingga memicu obesitas dan diabetes.
5. Infeksi Ganda DBD
Demam berdarah dengue (DBD) menjadi penyakit musiman yang selalu menjangkiti banyak orang setiap tahunnya. Namun, di tengah pandemi, DBD menjadi ancaman infeksi ganda. Hal tersebut dilihat dari anomali data kasus yang dimiliki Kementerian Kesehatan.
Jika umumnya puncak kasus DBD berakhir pada bulan Maret, namun hal itu tak berlaku pada tahun 2020. Kasus terus bertambah. Hingga Juli 2020, Kemenkes mencatat sebanyak 71.633 kasus DBD dengan angka kematian mencapai 459 jiwa.
6. Potensi Pandemi Flu Babi G4
Para peneliti di China menemukan virus flu babi Genotip 4 (G4) tipe baru pada Juni lalu. Virus yang merupakan turunan dari virus flu babi H1N1 ini bahkan pada saat itu disebut berpotensi memicu pandemi baru karena penularannya yang terbilang cepat.
Para peneliti menyebut bahwa virus ini sangat-lah berbahaya. Infeksi flu babi G4 disebut bisa menimbulkan gejala klinis parah termasuk bersin, mengi, batuk, dan rata-rata penurunan berat badan maksimal 7,3-9,8 persen dari massa tubuh.
7. Bakteri Listeria di Jamur Enoki
Pada Juni 2020 lalu, publik dihebohkan dengan penarikan jamur enoki dari pasaran buntut dari kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia yang mengakibatkan sejumlah orang tewas karena mengonsumsi jamur enoki mengandung bakteri Listeria.
Listeria monocytogenes merupakan salah satu bakteri berbahaya yang mengancam nyawa manusia. Meski tergolong jarang ditemukan, tapi listeriosis, penyakit yang disebabkan bakteri listeria, bisa berbahaya bahkan mematikan jika memicu keracunan darah dan meningitis.
8-10. Amoeba Pekaman Otak, Virus Hanta, dan Virus Chapare
Virus Hanta menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan atau dikenal dengan istilah medis hantavirus pulmonary syndrome (HPS), serta juga dapat memicu demam berdarah dengan sindrom ginjal. Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus Hanta tak banyak berbeda dengan yang lainnya.
Pasien akan mengalami demam, kelelahan, dan nyeri otot terutama pada paha, pinggul, punggung, dan bahu. Selain Hanta, ada pula kasus meninggalnya enam bocah di Amerika Serikat akibat terinfeksi amoeba pemakan otak. Kejadian itu bahkan membuat Gubernur Texas AS menetapkan status darurat bencana di wilayahnya.
Bocah itu mengalami primary amebic meningoencephalitis (PAM) atau infeksi dan peradangan langka yang menyerang otak sebagai sistem saraf pusat, yang disebabkan oleh amoeba bernama Naegleria fowleri.
Lalu virus Chapare ditemukan ilmuwan pertama kali di Bolivia pada tahun 2004. Penularannya juga terbilang mirip dengan corona dan dapat menular dari manusia ke manusia. Orang yang terinfeksi umumnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri di belakang mata, ruam kulit, mual, dan pendarahan gusi.
(srtk)