DREAMERS.ID - Pandemi COVID-19 masih belum selesai, bahkan beberapa studi mengatakan bahwa virus corona telah bermutasi menjadi lebih kuat. Hal ini membuat sebagian orang menanyakan tentang kinerja dari vaksin yang saat ini telah dibuat.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Lembaga Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, MD, PhD, Clin mengatakan, kinerja vaksin memang akan berpengaruh apabila virus yang ditargetkan mengalami mutasi. Meski demikian penelitian harus tetap dilakukan untuk melihat pengaruh mutasi virus terhadap Receptor Binding Domain (RBD).
“Memang betul mutasi virus dapat memengaruhi strain protein. Tapi RBD adalah bagian yang menempel langsung pada reseptor Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang ada di dinding sel manusia. Jadi selama RBD nya tidak terganggu, maka menurut saya tidak ada masalah,” ujar Prof. Amin, dalam Digital Media Briefing ‘Dukungan untuk Percepatan Penelitian Vaksin COVID-19’, Kamis, (3/9/2020), dikutip dari Okezone.
Selain itu Prof. Amin juga mengatakan, kehadiran vaksin tidak dapat menjamin dunia terbebas dari pandemi COVID-19. Pasalnya, dibutuhkan proses yang cukup panjang dari mulai vaksin ditemukan hingga dapat memberantas penyakit yang dituju.
Baca juga: Ada Puluhan Artis Korea Dinyatakan Positif COVID-19 Sepanjang 2021
Prof. Amin bahkan menyamakan kondisi pandemi COVID-19 dengan wabah cacar yang terjadi pada tahun 1750, yang telah membunuh sekiranya 10 persen populasi di Inggris.Wabah ini terus berlangsung hingga jutaan orang berjatuhan akibat cacar. Namun pada 1976, dr. Edward Jenner berhasil menemukan vaksin cacar yang disebut dengan Variolae Vaccinae.
“Sekalipun vaksin sudah ada, tapi tidak bisa menghilangkan penyakit secara langsung. Berkaca dari penyakit cacar, dr. Edward Jenner (penemu vaksin cacar) saja membutuhkan waktu hingga 200 tahun dari vaksin tersebut ditemukan hingga benar-benar bisa memberantas cacar. Tapi dengan kecanggihan teknologi saat ini, seharusnya proses bisa lebih dipercepat,” jelasnya.
(Rie127)