DREAMERS.ID - Dalam waktu senggang, biasanya sebagian orang memilih untuk bermain media sosial, bahkan mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam, dimulai dari meninggalkan komentar, like, atau hanya melihat posting orang lain.
Bermain media sosial dianggap menjadi salah satu cara untuk menyegarkan pikiran ditengah penat. Namun, nyatanya hal tersebut tidak sepenuhnya benar, bahkan dianggap dapat mengganggu kesehatan mental dalam jangka panjang. Atau biasa disebut dengan doomscrolling.
Dilansir dari CNN Indonesia, sejak pandemi virus corona, istilah doomscrolling menjadi populer dan masuk dalam daftar kamus Merriam-Webster. Doomscrolling atau juga disebut dengan doomsurfing adalah kecenderungan untuk terus-menerus berselancar atau menelusuri berita buruk, meskipun itu berita mengecewakan ataupun menyedihkan.
Seorang Psikoanalis berlisensi yang berbasis di New Jersey, bernama Babita Spinelli menjelaskan bahwa orang beralih ke media sosial untuk mendapatkan informasi selama masa stres.
“Dan doomscrolling menjadi mekanisme penanggulangan yang berhubungan dengan ketidakpastian dunia saat ini,” kata Babita Spinelli dikutip dari laman kesehatan dan kebugaran Mindbodygreen.
Baca juga: 5 Idol Kpop yang Aktif Suarakan Tentang Kesehatan Mental
Spinelli mengatakan bahwa doomscrolling berpotensi memperburuk kondisi di tengah pandemi. Menjadi khalayak yang update dengan berita terbaru memang penting, namun lebih penting agar tidak melupakan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di tengah pandemi.Spinelli juga mengingatkan, merasa khawatir secara terus-menerus tentang kejadian buruk yang sedang terjadi sangat tidak baik, dan malah membuat seseorang merasa sulit untuk mengambil tindakan yang tegas.
Selain itu, jika informasi yang diberikan tidak terlalu jelas atau kadang tanpa mendapatkan jawaban yang pasti, mereka akan cenderung merasa takut, frustasi, ataupun marah. Karena hal ini, doomscrolling dapat menimbulkan gejala yang mirip gangguan stres pasca-trauma dalam kasus-kasus ekstrem.
“Jenis kekerasan grafis yang ditampilkan di media sosial bisa menimbulkan trauma dan menurut saya, ini bisa merugikan kesehatan mental jika terus jadi bagian dari kehidupan seseorang,” jelas Spinelli.
(Rie127)