DREAMERS.ID - Toilet memang merupakan salah satu tempat yang harus dijaga kebersihannya agar tidak menjadi sarang penyakit. Namun, menurut laporan terbaru terdapat salah satu bagian dari toilet yang dapat menyebarkan penyakit paru-paru, yaitu flush.
Menurut laporan yang dipublikasikan di jurnal Emerging Infectious Disease, penyakit Legionnaires berisiko menyebar saat toilet di-flush. Hal ini dikarenakan flush toilet dapat melepaskan kuman dari air yang kemudian terkontaminasi ke udara.
Penyakit Legionnaires sendiri merupakan penyakit infeksi paru-paru atau pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Legionella. Bakteri ini hidup di lingkungan berair, dan menjadi masalah kesehatan ketika tumbuh dan menyebar dalam sistem air, seperti pendingin ruangan, bak air panas, kepala pancuran, keran wastafel, dan air mancur dekoratif.
Studi itu juga mengungkap 2 kasus yang terjadi di sebuah rumah sakit di Prancis. Pasien diduga tertular penyakit Legionnaires saat menghirup udara yang terkontaminasi air toilet saat di-flush.
“Diduga kuat bahwa air toilet merupakan sumber penularan penyakit”, kata penulis studi, ahli biologi medis di Saint-Antoine Hospital, Jeanne Couturier kepada Live Science.
Menurut CDC, orang dapat terinfeksi saat menghirup tetesan air di udara, baik dalam bentuk uap atau kabut yang mengandung bakteri. Namun, jangan khawatir karena penyakit ini pada umumnya tidak menyebar dari orang ke orang.
Banyak orang yang terkena bakteri Legionella tidak merasakan sakit. Namun, orang-orang yang berisiko tinggi terkena bakteri ini adalah para orang tua, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, dan memiliki penyakit paru-paru kronis dapat mengalami pneumonia.
Couturier juga memberitahu cara agar terhindar dari Legionnaires saat akan mem-flush toilet. Couturier juga menyarankan agar toilet disinfeksi secara rutin agar tetap terjaga kebersihannya.
“Tampaknya penting untuk mengedukasi pasien untuk menutup tutup toilet sebelum menekan tombol flush terutama pasien yang kekurangan imun atau pasien dengan komorbiditas, yang lebih berisiko terhadap penyakit Legionnaire”, kata Couturier.
(Rie127)