DREAMERS.ID - Di tengah pandemi corona ini, bisnis layanan streaming terlihat mengalami peningkatan dengan banyaknya orang yang berdiam diri di rumah. Namun layanan streaming video asal Singapura, Hooq justru dinyatakan gulung tikar dan mematikan layanannya di Indonesia pada 30 April ini.
Mengutip laporan dari Kompas, hal ini merupakan buntut dari keputusan pemegang saham untuk melikuidasi perusahaan. Menurut Guntur Siboro, Head of Hooq Indonesia, pemegang saham mayoritas Hooq yakni Singapore Telecommunication (Singtel) mengajukan likuidasi, karena pertumbuhan bisnis yang kurang maksimal untuk menutup biaya operasional.
Sebagai informasi, Hooq merupakan layanan video on demand yang berbasis di Singapura dan merupakan perusahaan patungan Sony Pictures, Warner Bros, dan Singtel. Layanan ini hadir pertama kali pada Januari 2015 di beberapa negara Asia, seperti Filipina, Thailand, India, Indonesia, dan Singapura.
Singtel sendiri memegang 76,5 persen saham di Hooq. Perwakilan Hooq Asia mengatakan bahwa perubahan pasar membuat model bisnis yang mereka terapkan terseok. "Penyedia konten global maupun lokal semakin tinggi, biaya konten tetap tinggi, dan kemampuan membayar pelanggan di negara berkembang secara perlahan-lahan mulai tumbuh dengan semakin banyaknya pilihan," kata perwakilan Hooq.
Guntur mengatakan bahwa kemungkinan para pemegang saham ingin lebih fokus pada bisnis inti mereka masing-masing, di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil saat ini. Untuk nasib pengguna sendiri, Hooq sudah tidak membebankan biaya apa pun ke pengguna yang sudah ada (existing) sejak akhir Maret lalu. "Sudah tidak ada aktivasi pelanggan baru juga," terangnya.
(fzh)