DREAMERS.ID - Jumlah informasi terkait virus corona yang masif di pemberitaan maupun media sosial ternyata memiliki dampak pada kesehatan jiwa atau mental. Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa mereka merasa sedikit demam, tenggorokan gatal, atau sesak napas ketika terlalu banyak membaca informasi mengenai corona.
Menurut dr Andri SpKJ, FACLP, psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, hal itu disebut dengan reaksi psikosomatik. Artinya, wajar terjadi karena rasa cemas timbul setelah membaca terlalu banyak berita negatif tentang virus corona, seperti melihat jumlah kasus kematian yang dilaporkan semakin meningkat.
"Jadi ketidakseimbangan berita ini membuat problem untuk otak kita. Sayangnya otak kita ini lebih responsif sama (hal) negatif. Karena otak kita ini hampir lebih dari 80 persennya lebih mudah menerima hal yang negatif daripada hal positif," ujar dr Andri pada Senin (23/3), mengutip Detik.
Baca juga: Ada Puluhan Artis Korea Dinyatakan Positif COVID-19 Sepanjang 2021
Ia menambahkan, "Jadi ketika cemas itu datang, gejala-gejala virus corona COVID-19 itu bisa tiba-tiba muncul karena diaktifkan oleh sistem saraf otonom kita. Jadi, seolah-olah kita responnya muncul seperti gejala batuk dan kebanyakan tuh sesak napas karena cemas, gatal-gatal rasanya kaya seret lehernya atau sesak.".Untuk mengurangi gejala psikosomatik, dr Andri menyarankan agar mulai membatasi informasi terkait COVID-19. Selain itu, mulailah untuk melakukan relaksasi 10 menit sehari untuk mengurangi gejala psikosomatik ini. "Pertama kurangi asupan berita, relaksasi yang benar karena relaksasi penting sekali. Relaksasi adalah cara kita mengelola pikiran dan perasaan kita. Minimal 10 menit relaksasi setiap hati," pungkasnya.
(fzh)