DREAMERS.ID - Buruknya kualitas tidur maupun waktu tidur yang tak teratur sering dikaitkan dengan beragam masalah kesehatan. Dalam penelitian terbaru, menunjukan bahwa orang yang tidak tidur di waktu yang sama secara teratur atau tidak mendapatkan jumlah tidur yang sama, lebih memiliki kemungkinan terkena obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Penelitian dari Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School ini merupakan salah satu penelitian yang fokus pada efek konsistensi tidur. "Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa perbedaan dalam jadwal tidur [baik durasi atau waktu] dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan masalah metabolisme, terutama kelainan metabolisme multipel pada waktu yang sama," kata peneliti Tianyi Huang, dikutip dari Reuters.
Menurut penelitian, rata-rata orang tidur sekitar 7,15 jam setiap malam dan tidur sekitar pukul 11.40 malam. Sekitar dua pertiga memiliki durasi tidur yang bervariasi dan 45 persen memiliki durasi tidur yang bervariasi.
Baca juga: Latihan Fisik Para Artis Korea yang Bisa Kamu Tiru untuk Tetap Bugar
Sebanyak 707 partisipan atau 35 persen memiliki sindrom metabolik atau beberapa jenis kelainan metabolisme yang meningkatkan risiko penyakit jantung, peningkatan tekanan darah, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di pinggang, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang tidak normal.Studi ini menyimpulkan, orang yang durasi dan waktu tidurnya tidak teratur sekitar 60-90 menit setiap malamnya 27 persen lebih mungkin mengalami sindrom metabolik. Risiko meningkat menjadi 41 persen orang yang tidurnya bervariasi antara 90-120 menit. Risiko kembali melonjak menjadi 57 persen jika variasi mencapai lebih dari dua jam.
Ahli menilai hubungan ini terkait dengan jam biologis seseorang untuk melakukan metabolisme. "Jika kita tidur pada waktu dan jumlah yang berbeda-beda atau tidak teratur, jam internal kita mungkin mengalami kesulitan untuk tetap sinkron sehingga dapat merusak fungsi metabolik," kata ahli dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, Kristen Knutson mengomentari hasil penelitian ini, mengutip CNN.
(fzh)