DREAMERS.ID - Bullying atau perundungan kini tak hanya terjadi dengan menggunakan fisik. Verbal maupun kata-kata yang ditulis secara online dapat menjadi tindakan bully, yang bahkan pada prakteknya lebih mudah dilakukan di era digital saat ini.
Seorang Associate Professor Institute for Population and Social Research di Mahidol University, Thailand Rosalia Sciortino pun tak memungkiri bahwa banyak orang, terutama wanita yang menjadi korban bully di dunia maya. "Sayangnya kita memang punya standar kecantikan dan itu dijadikan komersil. Perempuan harus putih, tinggi, langsing. Itu bikin perempuan berusaha seperti itu dan akhirnya jadi bullying lagi saat nggak bisa begitu," ujarnya mengutip Detik.
Intinya, banyak sekali permasalahan bully yang bermula hanya dari penampilan fisik yang ada dan herannya si ‘tukang julid’ atau orang yang suka menyindir di medsos pun terkesan tak berpikir dua kali begitu menuliskan komentar.
Baca juga: YouTuber Pyo Ye Rim Korban Bullying Ditemukan Tewas
Sciortino beranggapan bahwa medsos adalah tempat di mana orang bisa mengaburkan jati dirinya sehingga tak heran banyak yang lebih 'berani' dalam mem-bully orang. "Anonimitas yang membuat fenomena ini sama dengan geng di mana mereka berani karena satu kelompok, tidak sendiri-sendiri. Dalam internet mereka berani karena memang anonim, kita tidak tahu siapa orang ini," lanjutnya.Wanita yang merupakan salah satu aktivis perempuan ini pun beranggapan bahwa sebetulnya isu cyber bullying sendiri sudah sepatutnya mendapatkan perhatian lebih lewat pembentukan badan independen yang mengurusi hal tersebut.
"Kita tidak tahu komentar yang user itu buat bernada bullying atau bukan, hoaks atau bukan, karena kita tidak punya badan independen untuk itu. Kita memang secara internasional sudah perlu badan independen yang mengatur cyber bullying ataupun komentar yang menjurus ke arah situ," pungkasnya.
(fzh)