DREAMERS.ID - Pada 8 Oktober lalu, Google mengumumkan adanya celah keamanan (bug) di media sosial Google+ yang mengekspos 500.000 data pribadi pengguna. Data itu mencakup nama, alamat e-mail, pekerjaan, jenis kelamin, umur, dan data-data lain yang dimasukkan pengguna saat mendaftar.
Dilaporkan bahwa insiden ini sudah terjadi selama tiga tahun, dari 2015 hingga Maret 2018. Namun, Google baru mengumumkannya ke khalayak beberapa hari yang lalu melalui blog resminya. Meski celah keamanan itu telah berhasil ditambal, raksasa internet ini memutuskan untuk menghentikan layanan Google+.
Melansir Kompas, ada alasan mengapa Google tutup mulut selama berbulan-bulan pasca-memperbaiki celah keamanannya. Menurut sumber dalam, Google tak ingin mengundang pengawasan ketat dari regulator. Selain itu, Google juga ingin mengumumkan insiden ini jika manajemen internal sudah membuat keputusan yang bulat, yakni menutup Google+ untuk selama-lamanya.
Baca juga: Bocorkan Data Pengguna, Facebook dan Netflix Didenda 82,5 Miliar Oleh Korea Selatan
Masalah keamanan tersebut bukan menjadi satu-satunya hal yang memicu Google menutup Google+, tetapi juga kesadaran bahwa layanan tersebut tak memenuhi ekspektasi pengguna. Sebanyak 90 persen pengguna Google+ membuka akun mereka kurang dari 5 detik.Ke depan, Google bakal fokus meningkatkan keamanan pada layanan-layanannya melalui program audit yang dinamai “Project Strobe”. Program inilah yang pertama kali membuat Google sadar ada bug di Google+ selama bertahun-tahun. Project Strobe secara umum bakal mengkaji akses para pengembang pihak ketiga ke data-data Google dan perangkat Android.
(fzh)