DREAMERS.ID - Dalam merayakan Tahun Baru Cina atau Imlek, tidak sedikit warga keturunan Tionghoa yang menyajikan sup sirip hiu di atas meja sebagai salah satu hidangannya. Meski menuai kontroversi karena menggunakan bagian tubuh hewan yang dilindungi, namun hidangan ini terbilang populer dan resepnya pun telah turun-menurun diturunkan.
Tidak sedikit warga keturunan Tionghoa yang menyajikan sup sirip hiu saat Imlek karena dipercaya melambangkan kekayaan. Namun, ternyata penyajian sup ini memiliki kisah asal-usul yang terbilang panjang.
Melansir dari Sharktruth, singkat sejarah penyajian sup sirip hiu ini dimulai pada masa kekuasaan Kaisar dari Dinasti Sung. Kaisar ini termasuk yang sangat murah hati dan kerap membagikan kekayaannya pada tamu undangan saat merayakan pesta. Salah satu makanan mewah yang disajikan adalah sup sirip hiu.
Sup hangat ini kemudian menjadi populer dan jadi salah satu simbol dari Big 4 yakni, empat sumber makanan yang sacral dalam tradisi dan budaya masyarakat China selain abalone, teripang, dan ikan maw.
Baca juga: Fenomena Hiu Bergerombol di Pinggir Pantai Nusa Dua Bali Hebohkan Warga
Tak hanya dipercaya melambangkan kekayaan, sup sirip ikan hiu juga dianggap sebagai simbol status kedudukan dan wajah rupawan. Dan setiap keluarga Tionghoa yang menyajikannya saat Imlek maka akan dipandang oleh masyarakat sekitar.Selain saat Imlek, sup sirip hiu juga sering jadi jamuan makan saat satu keluarga besar berkumpul. Orang tua yang sudah memiliki anak serta cucu akan menyuguhkan sup sirip hiu sebagai tanda kemakmuran. Sup sirip hiu diartikan sebagai ungkapan bahwa ini adalah hadil keberhasilan orang tua telah bekerja keras hingga akhirnya bisa menyajikan makanan mewah untuk anak dan cucu.
Sayangnya, tradisi turun-temurun ini agaknya terancam punah karena sekarang banyak organisasi pecinta hiu yang menganggap hal tersebut mengancam populasi hiu di laut. Jika masih ada yang menyajikan sup sirip hiu, jumlahnya pun tak sebanyak dahulu.
(nnd)