DREAMERSRADIO.COM - High heels atau sepatu berhak tinggi merupakan perlengkapan wajin bagi wanita yang harus dimiliki. Tetapi tak semua wanita merasa nyaman ketika menggunakan High Heels. Namun tak jarang wanita yang mengenakan sepatu tersebut untuk berlari.
Dilansir dari dailymail, menurut sebuah studi baru asal Ningbo University, China, aktivitas seperti berlari jika dilakukan dengan menggunakan sepatu hak tinggi maka akan berbahaya. Salah satu penyakitnya adalah arthritis atau gangguan pada sendi lutut dan menyebabkan kecacatan seumur hidup.
Selain itu, Sembilan dari 10 wanita yang terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi mengalami keluhan pegal, kelelahan, mati rasa. Namun mereka tetap memilih menggunakan sepatu hak tinggi dengan alasan penampilan fesyen.
Dalam penelitian,mereka mengukut pergerakan pinggul dan pergelangan kaki pada wanita muda yang menggunakan berbagai macam alas kaki, seperti sepatu datar dengan hak 1,5 cm, sepatu dengan hak pendek 4,5 cm dan sepatu hak tinggi hingga 7 cm.
Baca juga: Gunakan Lagu Tanpa Izin, Ahmad Dhani Ditegur Gitaris Queen!
Bahkan mereka menemukan, wanita yang berlari dengan sepatu hak tinggi mengalami tekanan lebih besar pada lutut dan pinggul sehingga memicu kerusakan permanen. Apalagi pergerakan pergelangan kaki yang menurun dapat berkaitan dengan risiko tekanan yang lebih besar.Menurut peneliti studi yang dipublikasi dalam International Journal of Biomedical Engineering and Technology tersebut, penggunaan sepatu hak tinggi secara rutin juga dapat meningkatkan risiko osteoarthritis. Tekanan yang lebih besar pada lutut lantaran alas kaki tersebut lah faktor risiko utamanya.
Meski studi hanya dilakukan dengan skala kecil pada wanita berusia 21-25 tahun di laboratorium, namun para peneliti percaya hasil ini dapat diterapkan pula pada skala yang lebih besar. Selama ini, sepatu hak tinggi dipercaya dapat membuat kaki wanita lebih ramping.
Karena itu, sepatu hak tinggi banyak digunakan guna meningkatkan rasa percaya diri mereka. Namun dengan mengetahui risiko kesehatan di balik itu, para peneliti berharap wanita bisa lebih bijak dalam menggunakannya.
