DREAMERS.ID - Eko Nugroho seniman berasal dari Indonesia paling terkenal di dunia internasional. Ia akan mengadakan pameran tunggal keduanya bertajuk Lost in Parody di Arario Gallery Seoul, dengan menampilkan 20 karya lukisan bordir dan lukisan akrilik yang bertabur tradisi Indonesia.
Diketahui bahwa Eko telah membuat lukisan bordir sejak 2007 yang bekerja sama dengan kota kecil di Indonesia. Hasil karya bordir ini dengan panjang lebih dari 4.5 meter yang diproduksi dengan metode pewarnaan tekstil tradisional serta teknik bordir tradisional dan batik.
Dalam karya seninya, Eko menyinggung persoalan sosial yang dihadapi Indonesia pada era 1990-an. Lukisan kartunnya yang berjudul War is Another Meet and Greet Moment. Memiliki arti menanyakan tentang perdamaian berdasarkan pengalamannya.
“Pameran ini ingin mempertanyakan apa itu perdamaian, demokrasi, perbatasan dan ideologi. Kedamaian selalu dibicarakan, tapi sebenarnya tidak ada tempat di bumi yang benar-benar hidup damai. Kami masih menggunakan metode seperti perang sebagai strategi untuk 'menyelaraskan',” kata Eko.
Eko Nugroho sendiri telah di hidup selama era reformasi saat ingin menurunkan Suharto yang telah memerintah Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Maka transformasi politik negara tersebut yang menimbulkan protes jalanan tentu mempengaruhinya. Ia juga menggeluti seni lain yaitu grafiti, patung, seni video, sulaman, dan mural.
Eko pun aktif berpartisipasi dalam pameran terkemuka di lembaga internasional seperti Singapore Art Museum (2017), Frankfurter Kuntstverein, Frankfurt (2015), Gwangju Biennale (2014), Venice Biennale, Paviliun Indonesia (2013) dan Busan Biennale (2008) tidak hanya mewakili Indonesia tetapi juga Asia.
Pameran Lost in Parody sudah dibuka dan akan berlangsung hingga 14 November. Setiap hari Selasa - Minggu pukul 10 pagi - 7 malam di Arario Gallery Seoul, Jongno-gu, pusat kota Seoul. Jangan lupa mampir ya, Dreamers!
(bnt)
