DREAMERS.ID - Tahun ini Indonesia akan menerima vaksin jenis baru yaitu Johnson & Johnson serta Vaksin Sputnik V. Kedua vaksin itu sudah lebih dahulu digunakan di luar negeri, seperti Rusia dan Amerika.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Indonesia akan menerima vaksin Covid-19 Johnson & Johnson pada September 2021, atas hibah dari Belanda. Berbeda dengan vaksin lain yang telah diterima Indonesia sebelumnya, vaksin ini cukup satu kali disuntikkan.
"Kita akan kedatangan Jonhson & Johnson itu dari Belanda, grant dari Belanda, itu harusnya akan datang itu tergeser ke bulan depan, itu kan hanya vaksin yang hanya cukup disuntik satu kali," kata Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR, dikutip dari Kompas, Kamis (26/8/21).
Hingga kini pemerintah telah mengamankan 458 juta dosis vaksin Covid-19. Menurut Budi, jumlah ini telah mencukupi kebutuhan vaksin bagi sekitar 216 juta target sasaran.
Kabar baiknya, vaksin tunggal ini memiliki respon kekebalan yang bisa bertahan lama. Menunjukkan bahwa daya tahan respons imun pada penerima vaksin Johnson & Johnson setidaknya berlangsung selama 8 bulan, dan memberikan perlindungan dari infeksi Covid-19 varian Delta. Serta 85 persen efektif dapat membantu mencegah rawat inap dan kematian.
Sedangkan vaksin Sputnik V sudah mendapatkan surat izin pengguna darurat atau emergency use authorization (EUA) oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada Selasa (24/8/21).
"Vaksin Sputnik-V digunakan dengan indikasi pencegahan Covid-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 untuk orang berusia 18 tahun ke atas," kata Penny dalam keterangan tertulis yang dikutip dari Kompas.
Penny mengatakan bahwa vaksin ini diberikan secara injeksi intramuskular dengan dosis 0,5 mL untuk dua kali penyuntikan dalam rentang waktu tiga minggu, yang memiliki efikasi 916 persen dengan efek samping bersifat ringan dan sedang.
"Efek samping paling umum yang dirasakan adalah gejala menyerupai flu (a flu-like syndrome), yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi (arthralgia), nyeri otot (myalgia), badan lemas (asthenia), ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi injeksi," paparnya.
(rzlth)