Pertumbuhan industri kuliner Indonesia setiap hari terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah restoran yang semakin banyak dan menu yang kian beragam. Kenyataan ini tentu mendatangkan tantangan tersendiri bagi para juru masak.
Setiap jalan-jalan strategis pasti tersaji banyak restoran, kafe, hingga warung makan pinggir jalan yang menawarkan makanan lezat. Menu Nusantara pun hadir dengan berbagai variasi. Para pembisnis pun berlomba menarik minat pembur makanan.
Hal ini tentu membuka jalan bagi calon chef untuk mengembangkan karirnya. Namun siapa sangka, bila masakan Indonesia kurang diminati oleh para calon juru masak ini.
“Masyarakat Indonesia itu terlalu sombong, angkuh. Saya baru mendapat bocoran bahwa di sekolah pariwisata, pelajaran makanan Indonesia tidak ada peminatnya sama sekali” tutur Henry Alexie Bloem, President Indonesia Chef Association, pada acara Fonterra Pastry & Cooking Challenge 2012 di Hotel Borobudur, Jakarta.
Baca juga: akmu
“Kalau proses, tidak susah kok. Memang, proses memasak makanan Indonesia lebih banyak slow cooking, tidak bisa sembarangan dan asal memasukkan bumbu. Kuncinya permainan bumbu,” sangkalnya yang menganggap masakan Indonesia sulit diolah.Henry sendiri yakin kuliner Nusantara Indonesia bisa mendunia. Cara yang selama ini dia tempuh adalah memberdayakan chef masakan Indonesia yang bekerja di luar negeri.
“Kita di asosiasi punya beberapa ambassador di luar negeri, seperti Macau, Australia, Singapura, Nigeria, Amerika, dan Belanda. Chef yang kerja di luar kita jadikan ambassador di berbagai event. Cara itu setidaknya mempercepat proses memperkenalkan makanan Indonesia keluar negeri,” tambahnya. (way)
