DREAMERS.ID - Menyalakan kembang api memang sering menjadi tradisi dalam merayakan sesuatu. Seperti yang dilakukan masyarakat Kota Nara, Jepang yang mempunyai kebiasaan unik merayakan festival kembang api di atas sebuah gunung.
Tepat di belakang kota berdiri sebuah bekas gunung berapi yang sudah tua. Gunung yang kini hanya menyisakan ketinggian 350 meter ini dinamai Wakakusa. Padahal dulu, gunung Wakakusa ini terkenal sebagai destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan.
Saat tiba di puncaknya, wisatawan dapat menyaksikan pemandangan seluruh kota tanpa terhalang. Biasanya, gunung akan tertutupi oleh rerumputan. Kemudian, pada saat mendekati musim dingin, rerumputan akan mulai mati dan daun-daun pohon ceri mulai berguguran di mana kondisi Wakakusa terlihat seperti pegunungan yang gundul.
Pada saat itulah masyarakat setempat akan merayakan Festival Yamayaki. Biasanya, festival ini berlangsung pada Sabtu keempat bulan Januari. Nyala api akan bertebaran di atas rumput mati. Peristiwa ini dikenal sebagai Yamayaki yang secara harfiah berarti 'gunung panggang'.
Baca juga: [Exclusive Dreamers.id] DXTEEN Spill Deg-Degannya Pertama Kali Perform Di Depan NICO Indonesia!
Asal-usul tradisi Wakakusa Yamayaki tidak pernah diketahui secara jelas dari mana asalnya. Namun, kebiasaan ini diduga berasal dari perselisihan di antara dua kuil, Todai-ji dan Kofuku-ji pada tahun 1760. Karena mediasi keduanya gagal, maka dikeluarkan keputusan bahwa semua gunung harus dibakar.Setelah kembang api lengkap, rerumputan di gunung mulai dibakar. Pembakaran dapat dilakukan beberapa lama mulai dari 30 menit hingga satu jam. Tergantung seberapa kering rumput-rumput di sana, dan percikan api dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat di Kota Nara.
Uniknya, kebakaran gunung yang dianggap menyedihkan di negara lain justru terlihat cantik di festival ini. Nyala api begitu kontras di tengah gelapnya malam. Bahkan tidak jarang para wisatawan sengaja datang pada saat festival ini berlangsung.
(rei/Dream)